Insiden
Insiden di jum'at siang, ba'da sholat jum'at.
Bibirku berdarah karena ticatrok. Kena kepala fadhil, beberapa detik kemudian langsung pusing...ku pegang bibir ternyata basah 'darah', aku langsung nangis...dia (fadhil) untuk sejenak melihatku dengan ternganga dan bingung, dia melihatku menangis dan bibirku berdarah.
Aku tak bisa berkata apa-apa hanya nangis sesenggukan. Sepertinya dia mengerti dengan apa yang sedang terjadi, dia duduk di jendela sambil bingung. Aku langsung membawanya ke kamar mandi, aku ingin lihat luka dibibirku...dan ternyata benar! Bibirku sobek, dan darah terus keluar...aku nangis lagi dan terus menerus menangis...fadhil sesekali teriak, mungkin dia bingung kenapa saya menangis. Tapi aku terus saja menangis sambil membasuh darahnya. Aku keluar, ke kelas argon, berpapasan sama bu lusi, awalnya dia ga ngeuh...terus untuk kedua kalinya dia lihat bibirku baru ngeuh, baru nanya kenapa. Aku bukannya jawab malah nangis lagi, fadhil di bawa sama bu lusi buat di ambilin makanan. Aku ke kamar mandi lagi dan nerusin nangis di kamar mandi. Aku nangis sesenggukan...aku ga bisa berhenti menangis. Terdengar suara ketukan pintu di luar, tapi aku mengacuhkannya. Sampai beberapa saat baru aku keluar dan ternyata di depan pintu sudah menunggu jepala sekolah dan bu dewi. Aku langsung cari fadhil...aku bawa fadhil ke kelas argon agar aku tidak sendiri. Anak-anak banyak yang bertanya aku kenapa, tapi aku ga sanggup jawab, karena kalau aku jawab pasti aku nangis. Sungguh, aku tak bisa berhenti menangis. Air matanya terus keluar. Aku bukan menyalahkan anaknya, bukan. Tapi malah kecewa sama yang nyuruh aku buat jaga fadhil...jadi terungkit-ungkit.
Padahal sudah bilang tak sanggup, tapi kenapa terus aku yang seolah jadi tanggung jawab terhadap anak itu, aku sudah bilang aku tak kuat dengan tenaganya yang kuat. Ketika menangis itu yang ada di pikiranku. Kenapa harus aku? Kenapa aku lagi dan lagi? Padahal aku sudah menyatakan angkat tangan?
Sebenarnya itu yang membuatku tak bisa berhenti menangis dan merasa sakit hati akhirnya.
Ya Alloh...gini amat ya nyari uang :(
Akhirnya pulang hari jum'at pun gak jadi.
Aku pulang ke kosan, sepanjang jalan aku berurai air mata...sampai kosan aku nangis...sampai aku merasa pusing dan tertidur...
Pas bangun, mataku carindul dan bibirku bengkak, dan kaya ada nanahnya gitu tapi ketika di pegang bukan.
Kejadian itu membuatku ingin menyendiri, gak kemana2.
Antara malu, dan males ditanya orang2.
Sabtu pun aku tak jadi pulang, jarena bibirnya masih bengkak, haeus bilang apa aku ke ibu ku?
Bagaimana kalau ternyata pas ibuku nanya aku malah nangis lagi?
Kan berabe....
Rasanya untuk beberapa hari tak ingin kerja, keluar rumah, atau pun ditanya orang2. Ingin menguatkan diri dulu. Ingin menjernihkan pikiran dulu.
Lantas, pembelajaran apa yang aku dapat dari kejadian ini???
Yang jelas aku rindu sekali ibuku, aku ingin sekali melihat wajah beliau.
Tetapi, melihat keadaanku seperti ini, membuatku maju mundur.
Bibirku berdarah karena ticatrok. Kena kepala fadhil, beberapa detik kemudian langsung pusing...ku pegang bibir ternyata basah 'darah', aku langsung nangis...dia (fadhil) untuk sejenak melihatku dengan ternganga dan bingung, dia melihatku menangis dan bibirku berdarah.
Aku tak bisa berkata apa-apa hanya nangis sesenggukan. Sepertinya dia mengerti dengan apa yang sedang terjadi, dia duduk di jendela sambil bingung. Aku langsung membawanya ke kamar mandi, aku ingin lihat luka dibibirku...dan ternyata benar! Bibirku sobek, dan darah terus keluar...aku nangis lagi dan terus menerus menangis...fadhil sesekali teriak, mungkin dia bingung kenapa saya menangis. Tapi aku terus saja menangis sambil membasuh darahnya. Aku keluar, ke kelas argon, berpapasan sama bu lusi, awalnya dia ga ngeuh...terus untuk kedua kalinya dia lihat bibirku baru ngeuh, baru nanya kenapa. Aku bukannya jawab malah nangis lagi, fadhil di bawa sama bu lusi buat di ambilin makanan. Aku ke kamar mandi lagi dan nerusin nangis di kamar mandi. Aku nangis sesenggukan...aku ga bisa berhenti menangis. Terdengar suara ketukan pintu di luar, tapi aku mengacuhkannya. Sampai beberapa saat baru aku keluar dan ternyata di depan pintu sudah menunggu jepala sekolah dan bu dewi. Aku langsung cari fadhil...aku bawa fadhil ke kelas argon agar aku tidak sendiri. Anak-anak banyak yang bertanya aku kenapa, tapi aku ga sanggup jawab, karena kalau aku jawab pasti aku nangis. Sungguh, aku tak bisa berhenti menangis. Air matanya terus keluar. Aku bukan menyalahkan anaknya, bukan. Tapi malah kecewa sama yang nyuruh aku buat jaga fadhil...jadi terungkit-ungkit.
Padahal sudah bilang tak sanggup, tapi kenapa terus aku yang seolah jadi tanggung jawab terhadap anak itu, aku sudah bilang aku tak kuat dengan tenaganya yang kuat. Ketika menangis itu yang ada di pikiranku. Kenapa harus aku? Kenapa aku lagi dan lagi? Padahal aku sudah menyatakan angkat tangan?
Sebenarnya itu yang membuatku tak bisa berhenti menangis dan merasa sakit hati akhirnya.
Ya Alloh...gini amat ya nyari uang :(
Akhirnya pulang hari jum'at pun gak jadi.
Aku pulang ke kosan, sepanjang jalan aku berurai air mata...sampai kosan aku nangis...sampai aku merasa pusing dan tertidur...
Pas bangun, mataku carindul dan bibirku bengkak, dan kaya ada nanahnya gitu tapi ketika di pegang bukan.
Kejadian itu membuatku ingin menyendiri, gak kemana2.
Antara malu, dan males ditanya orang2.
Sabtu pun aku tak jadi pulang, jarena bibirnya masih bengkak, haeus bilang apa aku ke ibu ku?
Bagaimana kalau ternyata pas ibuku nanya aku malah nangis lagi?
Kan berabe....
Rasanya untuk beberapa hari tak ingin kerja, keluar rumah, atau pun ditanya orang2. Ingin menguatkan diri dulu. Ingin menjernihkan pikiran dulu.
Lantas, pembelajaran apa yang aku dapat dari kejadian ini???
Yang jelas aku rindu sekali ibuku, aku ingin sekali melihat wajah beliau.
Tetapi, melihat keadaanku seperti ini, membuatku maju mundur.
Komentar
Posting Komentar