Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Patah hati untuk yang kedua kalinya

Hujan... Tiba-tiba teteh itu berbisik padaku... "Teh, pak *a*i nikah sama teh dian." "Teh dian mana?" "Teh dian yang di bimbel..." "Kapan?" "Besok." Haaaaaahhh... Tahukah kalian kenapa teteh itu bilang padaku? Itu karena waktu itu teteh itu yang ngebasta2in aku sama orang itu... Sejujurnya aku pernah tertarik... Beberapa waktu yang lalu aku mencuekan dia... Dan aku pun bergumam sendiri, alhamdulillah ya Alloh...aku bisa bersikap seperti itu. Tapi ketika kemarin aku berada di forum yang sama, sekila aku coba perhatikan dan terlintas lagi. "Bagaimana kalau ternyata datang amanah itu untuku dan untuknya?" Haaaaaaaahhh Apakah sekarang aku patah hati? Sebenarnya biasa2 aja... Tapi ada sedikit kecewa aja, yaaaahh sama orang lain. Hehe Tapi aku yakin, itu adalah yang terbaik untuk semuanya. Termasuk untukku,. Oh tidak Sepertinya aku patah hati. Tapi aku jadi ingat tulisan seorang teman yang kurang lebih isinya ...

gesekan

Bosan dengan gesekan.! ujian sekarang adalah di pertemukan dengan orang yang sama-sama kuat! kuat ego nya. sama-sama suka senyum alias amis budi, sama-sama teliti, tetapi sepertinya dia diatasku satu level telitinya, hanya saja aku pelupa sekali dia pelupa aja. Kami selalu bertengkar untuk hal-hal sepele. Mungkin karena sama-sama kuat egonya, jadi gak ada yang mau ngalah duluan. Berkali-kali kami bertengkar yang mungkin kata orang jaman sekarang mah bilangnya receh, tetapi tetap aja akhirnya diem-dieuman. Dan aku bosan, aku sudah coba untuk berfikiran positif tetapi si setan itu yang selalu menang karena berubah menjadi hal yang negatif, mungkin karena susana sedang beku. aku jadi berfikir... lebih baik ada di lingkungan buruk tetapi kita pikiran kita positif atau ada di lingkungan positif tetapi pikiran kita negatif? Sepertinya aku memilih yang kedua saja, ketika kita berada di lingkungan positif, terus pikiran kita negatif,,,maka kita akan kalah dan malu sendiri. Contohnya ...

Gurat wajah itu...

Dalam kisah perjalanan hidup aku menemukan berbagai tipe orang dengan status, sifat, dan kedudukan yang berbeda-beda. ketika aku masih sekolah SMP, aku senang berkumpul dengan orang yang usianya di bawahku ( anak kecil) kami sampai bersahabat, kalau pulang sekolah ngumpul, main bersama dan botram... Ketika SMA aku jarang keluar rumah...dan bisa dikatakan sahabatku sedikit, aku sudah mulai melepaskan bermain dengan orang yang usianya di bawahku. kadang aku bermain dengan teman sebangku, tetapi itu juga agak jarang...kemudian ketika SMA aku punya seseorang yang sudah aku anggap seperti kaka sendiri. Jadi kita adik kakaan hehe Setelah keluar sekolah, aku masuk ke dunia kerja,,,awalnya kaget dengan kejamnya dunia kerja tetapi lama-kelamaan aku bisa menyesuaikan diri. Karena banyak yang dewasa nya, aku jadi punya teman orang dewasa. lebih tepatnya bergaul dengan orang yang lebih tua usianya dariku. Sambil kerja aku memutuskan untuk lanjut sekolah, aku cari universitas yang bisa sambil ...

Negasi

Kebalikan Bagaikan sebuah cermin yang memantulkan bayangan Pasti bayangannya kebalikan dari aslinya Hidup dalam keluarga luar biasa Membentuk pola pikir yang tidak biasa Ya, entah sejah kapan ini terjadi dan aku menyadarinya Yang jelas aku melakukan kebalikan dari orang lakukan, tapi itu untuk hal2 tertentu Aku menjadi orang tertutup dan pendiam Aku akan melakukan hal yang sebaliknya ketika aku melihat sikap orang dan aku tidak menyukainya. Misalnya: aku melihat seseorang cerewet dan aku tidak suka, maka aku akan jadi pendiam. Aku melihat seseorang suka menyela pembicaraan orang lain dan aku tidak suka melihatnya maka aku tidak akan melakukan itu. Aku tidak bisa mengontrol orang lai. Karena itu aku mengontrol diriku sendiri dengan melakukan kebalikan dari hal yang aku lihat aku tidak suka.

Insiden

Insiden di jum'at siang, ba'da sholat jum'at. Bibirku berdarah karena ticatrok. Kena kepala fadhil, beberapa detik kemudian langsung pusing...ku pegang bibir ternyata basah 'darah', aku langsung nangis...dia (fadhil) untuk sejenak melihatku dengan ternganga dan bingung, dia melihatku menangis dan bibirku berdarah. Aku tak bisa berkata apa-apa hanya nangis sesenggukan. Sepertinya dia mengerti dengan apa yang sedang terjadi, dia duduk di jendela sambil bingung. Aku langsung membawanya ke kamar mandi, aku ingin lihat luka dibibirku...dan ternyata benar! Bibirku sobek, dan darah terus keluar...aku nangis lagi dan terus menerus menangis...fadhil sesekali teriak, mungkin dia bingung kenapa saya menangis. Tapi aku terus saja menangis sambil membasuh darahnya. Aku keluar, ke kelas argon, berpapasan sama bu lusi, awalnya dia ga ngeuh...terus untuk kedua kalinya dia lihat bibirku baru ngeuh, baru nanya kenapa. Aku bukannya jawab malah nangis lagi, fadhil di bawa sama bu lus...
Andai bisa ku katakan pada mereka Ayo, bantu aku untuk tidak melakukan ini Aku seorang pendendam Aku seorang yang mudah marah Aku seorang yang prosedural Aku seorang yang to the point Aku seorang yang tidak suka melihat yang lelet. Ayo bantu aku, dengan tidak memancing aku untuk marah... Kau tau, ketika dirimu membuatku marah.. Semua tak akan pernah sama lagi... Seperti sebuah cermin yang retak, Ketika cermin retak bisakah kembali seperri semula? Nah, itulah kelemahanku yang belum bisa aku atasi...